Senin, 15 Maret 2010

Ditjen Pajak Klarifikasi Laporan Harta Kekayaan Tujuh Orang Indonesia

Jawa Pos, 13 Maret 2010
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pajak akan mengklarifikasi laporan harta kekayaan tujuh orang Indonesia yang masuk dalam 1.000 orang terkaya di dunia 2010 versi majalah Forbes berbasiskan surat pemberitahuan tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh).Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo mengatakan, bila ditemukan ketidaksesuaian antara SPT yang disampaikan dengan laporan yang dimuat dalam majalah tersebut bisa ditindaklanjuti dengan pemanggilan terhadap yang bersangkutan. "Kami sudah ada NPWP yang akan kami jadikan alat pemantau. Kalau tidak sesuai dengan data Ditjen Pajak, akan kami ditindaklanjuti," katanya di kantornya kemarin.
Dia menambahkan, orang terkaya Indonesia yang tinggal di Singapura juga akan dikenakan wajib pajak luar negeri. Wajib pajak luar negeri ini akan dikenakan bagi individu yang tinggal 183 hari dan bagi yang menetap di luar negeri. ''Wajib pajak di luar negeri tersebut membuat kewajiban jadi berkurang, karena pengenaan pajak hanya aset di Indonesia . Kami juga akan memantau bila ada data atau informasi yang dilaporkan tidak valid dan akan diproses oleh account representatif untuk klarifikasi," tegasnya.
Sebelumnya, majalah Forbes kembali merilis 1.000 orang terkaya di dunia dan tujuh diantaranya warga negara Indonesia. Ketujuh orang itu adalah kakak beradik Michael dan Budi Hartono (Grup Djarum), Martua Sitorus (Grup Wilmar), Peter Sondakh (Grup Rajawali), Sukanto Tanoto (Grup Raja Garuda), dan dua nama baru Chaerul Tanjung (Trans Group), dan Low Tuck Kwong (Grup Bayan Resources).
Michael Hartono dan Budi Hartono, dengan kekayaan masing-masing USD 3,5 miliar, berada di posisi ke-258. Keduanya merupakan pendiri perusahaan rokok Djarum. Michael tercatat memiliki 49 persen saham Djarum, sementara 51 persen dikuasai Budi.
Sedangkan Martua Sitorus, salah satu bos di Wilmar International (Wilmar Group) di posisi ke-316. Wilmar termasuk perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, mulai dari penguasaan lahan perkebunan kelapa sawit, pabrik pengolahan kelapa sawit, hingga perdagangannya. Meskipun berbasis di Singapura, sejatinya sebagian besar aktivitas produksinya berada di Indonesia.
Sementara itu, Peter Sondakh di posisi 437 yang mempunyai kekayaan USD 2,2 miliar. Kekayaannya Peter didapat dari dari penjualan Bentoel kepada British American Tobacco (BAT) pada Juni tahun lalu sebesar USD 350 juta. Kemudian Peter Sondakh menambah kepemilikannya di produsen rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk dengan memborong sebanyak 28,97 juta saham pada kisaran harga Rp 405-Rp 415 per lembar.
Selain Low Tuck Kwong warga Singapura yang berganti kewarganegaraan jadi Indonesia, dua taipan lainnya yakni Martua Sitorus dan Sukanto Tanoto justru sebaliknya. Mereka yang warga Indonesia malah memilih menetap di Singapura, meskipun gurita bisnis dan sebagian besar perusahaannya beroperasi di Indonesia.
Martua lahir di Pematang Siantar dan mendapat gelar sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan. Nama kecilnya, Thio Seng Hap dan dipanggil A Hok. Sedangkan, Sukanto lahir, besar dan sekolah di Belawan, Sumatera Utara.

Tidak ada komentar:

Arsip Berita & Peraturan Perpajakan 2010

Cari Blog Ini